• INI GAMBAR NORAH JONES
    Norah Jones adalah seorang musisi jazz yang sudah banyak mendapatkan Grammy Award

Senin, 02 Mei 2011

Belajar Sistem Pendidikan Dari Ki hajar Dewantoro

SISTEM AMONG PADA MASA KINI:
KAJIAN KONSEP DAN PRAKTIK PENDIDIKAN
Muhammad Nur Wangid

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: nurwangid2003@yahoo.com

Pendahuluan
Selama ini pendidikan terutama di sekolah telah banyak menerapkan berbagai sistem dan metode pendidikan dan pembelajaran yang berasal dari negara-negara barat. Memang sistem tersebut dapat berhasil, namun tidak sedikit pula karena tidak sesuai dengan nilai dan budaya bangsa Indonesia atau bahkan bertentangan maka system tersebut tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Dengan demikian, praktik teori dan filsafat pendidikan tersebut masih juga dianggap kurang memuaskan baik di luarnegeri, seperti Amerika Serikat (Gess-Newsome, dkk:2003) maupun di Indonesia(Tafsir, 2007:8). Dari perspektif ini maka perlu dicari model pelaksanaan teoripendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebudayaan Indonesia, dengan kata lain bersifat kontektual.
Sementara itu, masyarakat Indonesia masih banyak yang lupa bahwa bangsa Indonesia mempunyai sistem dan metode pendidikan asli Indonesia, ciptaan putra Indonesia sendiri yang disebut dengan Sistem Among yang merupakan teori atau gagasan dari Ki Hadjar Dewantara, yang telah diterapkan melalui pendidikan Taman Siswa. Menurut Supriyanto (2008:12),

Sistem Among merupakan gagasan otentik putra Indonesia, yang digali dari kearifan lokal. Lebih lanjut dikatakan, sistem ini dapat manjadi unggulan dalam pendidikan di Indonesia dalam menghadapi persaingan pendidikan antar negara, bahkan dapat menjadi Niche (sistem yang khas, unggulan) dalam menghadapi persaingan global dalam dunia pendidikan. Sistem Among Ki Hadjar Dewantara merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Pendidikan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri. Sistem Among sering dikaitkan dengan asas yang berbunyi: Tut Wuri Handayani, Ing madya mangun karsa, Ing ngarso sung tuladha. Asas ini telah banyak dikenal oleh masyarakat daripada Sistem Among sendiri, karena banyak dari anggota masyarakat yang belum memahaminya.http://www.syukrnohp.co.cc

 Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh anak. Para guru atau dosen disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang. Tujuan dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya. Dalam pelaksanaan Sistem Among, setelah anak didik menguasai ilmu, mereka didorong untuk mampu memanfaatkannya dalam masyarakat, didorong oleh cipta, rasa, dan karsa.

Beberapa hasil penelitian mengenai sistem pendidikan menunjukkan hasil sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Iswanti, dkk (2007:56) mengenai system pendidikan berasrama bagi calon guru sekolah dasar, menyimpulkan bahwa “system pendidikan guru SD berasrama dapat meningkatkan sikap dan kepribadian calon guru“. Sedangkan penelitian Supriyanto (2008:12) yang membandingkan antara pembelajaran dengan Sistem Among dengan Student Centered Learning (SCL), mengatakan bahwa dalam tataran tertentu pembelajaran dalam Sistem Among lebih maju dan sesuai dari pada metode SCL, sebaliknya dalam tataran tertentu metode SCL yang diterapkan di Indonesia masih bersifat sentralistik dan belum menjadi suatu metode yang secara otonom dan otentik dimiliki oleh guru atau dosen. Sementara penelitian di kancah (disekolah) mengenai pembelajaran dengan Sistem Among masih langka dilakukan.

Berdasarkan beberapa kajian tersebut, dapat dilihat berbagai keunggulan dariSistem Among, namun sayang kajian atau penelitian mengenai hal itu belum banyakdilakukan. Beberapa fihak mengkhawatirkan, bila tidak dilakukan kajian yangmendalam, sistem tersebut dilupakan atau tidak dipahami oleh generasi yang akan datang, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba mengkaji untuk mendiskripsikan Sistem Among dari naskah-naskah yangrelevan, disamping itu juga untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan dengan SistemAmong di sekolah, terutama di sekolah-sekolah (Perguruan) Taman Siswa. Berdasarkanhal itu maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep sistem among sebagai suatu model pendidikan dan pembelajaran yang terdapat dalam sumber tertulis?
2. Bagaimanakah penerapan/pelaksanaan sistem among dalam praktik pendidikan
        sekarang, khususnya di sekolah/perguruan Taman Siswa?

Cara Penelitian
Melalui sinergi antara diperolehnya informasi tentang konsep sistem among dalam berbagai sumber tertulis dan terkumpulkannya informasi tentang pelaksanaan pendidikan sistem among dalam perguruan Taman Siswa maka diharapkan akandiperoleh suatu informasi yang lebih komprehensif tentang eksistensi dan relevansi sistem among dalam konteks perkembangan zaman sekarang.

Subjek penelitian adalah anggota Majelis Luhur Taman Siswa, pamong dalam Perguruan Taman Siswa, dan siswa di sekolah-sekolah Taman Siswa. Penentuan subjekpenelitian menggunakan purposive sampling atau sampling bertujuan dengan
memperhatikan ciri-ciri tertentu pada subyek penelitian, berikut.
1. Anggota Majelis Luhur Taman Siswa:
 a). sudah menjadi anggota majelis minimal 5 tahun,
 b). mampu menberikan informasi dengan baik. Subjek penelitian yang terpilih adalah            Bapak Skt yang telah menjadi anggota Majelis uhur Taman Siswa selama lebih dari           20 tahun
2. Pamong Perguruan Taman Siswa:
a). sudah menjadi pamong minimal 5 tahun,
b). pernah mengikuti pendidikan/pelatihan Ke Taman Siswaan,
c). dapat memberikan informasi yang diperlukan. Subjek penelitian yang terpilih adalah
      Bapak Smd dan Ibu Smn yang menjabat sebagai kepala sekolah, dan pamong,serta telah menjadi pamong di perguruan Taman Siswa selama 15 tahun
3. Siswa Perguruan Taman Siswa:
a) Pria/Wanita,
b) Kelas tiga pada tingkatsekolah yang bersangkutan,
c).Dapat memberikan informasi yang diperlukan.Subyek penelitian yang terpilih adalah         subyek yang berinisial Es, RN, dan UB.
Di samping itu, subjek penelitian sebagai sumber data yang dapat dijangkau dalampenelitan ini adalah alumni perguruan Taman Siswa pada tahun 1960-an. Subjek ini dipertimbangkan sebagai sumber penelitian ini untuk bisa memberikan gambaranperkembangan konsep sistem among pada waktu lampau sampai dengan sekarang.Dengan demikian, penelitian ini menjadi lebih jelas dan komprehensif terutama dalampelaksanaan sistem among dari waktu ke waktu.
Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pertimbanganaksesibilitas dan orisinalitas sumber, dan juga memperhatikan tingkatan dan jenissekolah. Terpilih sebagai sekolah yang diteliti, adalah Taman Dewasa atau SekolahMenengah Pertama (SMP).
Data yang diperoleh di analisis dengan analisis deskriptif kualitatif dilanjutkandengan analisis tematik. Dalam penelitian kualitatif, analisis data pada dasarnya adalahproses mengorganisasikan dan mereduksi (menyusutkan) data ke dalam pola, kategoridansatuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan suatukesimpulan. Pekerjaan analisis yang dilakukan dalam hal ini adalah mengatur,mengurutkan, memberi kode, dan mengkategorikan data sehingga dapat ditemukan temayang sesuai dengan aspek yang diteliti.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Konsepsi Sistem Among dalam Berbagai Dokumen.
Sistem Among merupakan salah satu dari ajaran Ki Hajar Dewantara. Sepertidikatakan oleh Suratman (1992: 21) ajaran Ki Hajar Dewantara meliuputi bermacamragam,ada yang sifatnya konsepsional, petunjuk operasioanl praktis, fatwa, nasehat, dan sebagainya. Dari banyak hal tersebut, yang sifatnya konsepsional bisa ditemukan padabidang-bidang sesuai predikatnya.

Di bidang pendidikan Ki Hajar Dewantara memmpunyai konsepsi tentang“Tripusat Pendidikan”, suatu upaya pendidikan nasional yang meliputi pendidikan ditiga lingkungan hidup, ialah lingkungan keluarga, perguruan dan masyarakat. Pada segimetodologik Ki Hajar Dewantara mempunyai Metode Among, ialah metode pendidikanyang berjiwa kekeluargaan, serta bersendikan dua dasar, yaitu: kodrat alam dankemerdekaan. Di bidang kebudayaan, sebagai upaya pembinaan kebudayaan, Ki HajarDewantara memiliki konsepsi tentang teori Trikon, ialah: kontinuitas, konvergensi, dan konstrisitas. Di bidang politik kemasyarakatan Ki Hajar Dewantara mempunyai fahamdan pengertian tentang demokrasi yang khas, yang dikenal sebagai demokrasi dankepemimpinan, suatu demokrasi yang berjiwa kekeluargaan. Ajaran Ki Hajar Dewantarayang merupakanpedoman atau petunjuk operasional praktis, diantaranya disebut:Tringa, Tri pantangan, Wasita Rini, Sepuluh Sendi Hidup Merdeka dan sebagainya.Yangberujut fatwa antara lain: “Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia”, “salam bahagiadiri tak boleh menyalahi damainya masyarakat”, “Neng, Ning, Nung, Nang”, dan lainsebagainya

b. Pengertian Sistem Among
Sistem Among adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem pendidikanTaman Siswa, dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati danmementingkan kodrat-iradatnya anak-anak, dengan tidak melupakan segala keadaanyang mengelilinginya. Oleh karena itu alat ”perintah, paksaan dengan hukuman” yangbiasa dipakai dalam pendidikan zaman dahulu, harus diganti dengan aturan: memberituntunan dan menyokong pada anak-anak di dalam mereka bertumbuh dan berkembangkarena kodrat-iradatnya sendiri, melenyapkan segala yang merintangi pertumbuhan danperkembangan sendiri itu serta mendekatkan anak-anak kepada alam dan masyarakatnya.Perintah dan paksaan hanya boleh dilakukan jika anak-anak tidak dapat dengankekuatannya sendiri menghindarkan mara-bahaya yang akan menimpanya, sedangkanhukuman tak boleh lain dari pada sifatnya kejadian yang sebetulnya harus dialami,sebagai buah atau akibat kesalahannya; hukuman yang demikian itu lalu semata-matamenjadi penebus kesalahan, bukan siksa dari orang lain (Tauchid, 1972:99-101 dalam 50Tahun Taman siswa).

Ki Hadjar Dewantara dalam Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honoris Causa(HC) dari UGM tahun 1956 dalam 60 tahun Taman Siswa menjelaskan analog hubunganguru-siswa serupa dengan hubungan petani dan tanamannya. Untuk itu guru terhadappara murid harus berfikir, berperasaan dan bersikap sebagai Juru Tani terhadaptanamannya. Orang bercocok-tanam harus takluk kepada kodratnya tanaman, janganlahtanaman ditaklukkan pada kemauan si-petani. Haruslah si petani menyerahkan dirinya,yakni menghilangkan kemurkaan dirinya, dengan iklas dan ridla kepada kepentingantanamannya dan mengejar kesuburan tanamannya semata-mata. Kesuburan tanamannya inilah yang menjadi kepentingan si juru-tani. Haruslah ia tahu akan perbedaan antarapadi, jagung, dna tanaman lainnya dalam keperluan masing-masing untuk dapatbertumbuh dengan subur dan dapat berhasil. Karena itu perlulah si petani tahu, insaf danmengerjakan segala ilmu atau pengetahuan pertanian, yang benar dan baik. Dalam padaitu janganlah membeda-bedakan pula dari mana asalnya pupuk, asalnya alat, atauasalnya ilmu pengetahuan pertanian, dan sebagainya; segala yang dapat enyuburkantanaman menurut kodrat dan irodatnya harus dipakai olehnya (petani).

Aplikasi sistem among dalam pendidikan kehidupan masyarakat; Di dalammasyarakat ada beberapa macam usaha bersama sehingga mewujudkan usahamasyarakat, seperti: pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan sebagainya. Dalamasyarakat yang masih muda dan primitif, sering terdapat satu orang yang mengerjakan
berbagai macam pekerjaan tersebut. Akan tetapi datanglah waktunya perbedaan dasardan kecakapan terlihat, dan dipergunakan untuk pembagian pekerjaan (diferensiasi);inilah sifat masyarakat yang dewasa. Diferensiasi ini tidak boleh memecah-belahkangolongan-golongan tersebut, akan tetapi haruslah memperhubungkan semuanya untukberlangsungnya keperluan umum, yaitu tertib-damainya masyarakat. Dalam hal ini,sistem among mengandung arti memerdekakan tiap-tiap manusia untuk hidup menurutkodrat-irodatnya sendiri-sendiri, akan tetapi mewajibkan mengajar “tertib-damainya”Umum (30 Tahun Taman Siswa).

c. Asumsi Sistem Among
Makna pendidikan
Pendidikan tidak dimaknai dengan paksaan. Lebih tegas lagi dikatakan:

”...apabila kita mengetahui, bahwa sesungguhnya perkataan ”opvoeding” atau”paedagogiek” itu tiadalah dapat diterjemahkan dengan bahasa kita.Panggulawentah (bahasa Jawa) itu bukan memberi pengertian ”opvoeding” ,sebab panggulawentah itu hanya pekerjaannya si dukun bayi. Yang hampirsemaksud yaitu perkataan kita Momong, Among, dan Ngemong” (Ki HajarDewantara pidato pada rapat umum Taman Siswa di Malang 2 Pebruari 1930
dalam Bagian Pertama Pendidikan, 1977: 21).

Pemaknaan pendidikan yang demikian inilah yang mendasari pendidikan itudilakukan. Caranya tidaklah menggunakan pemaksaan. Pendidik memiliki kewajibanmencampuri kehidupan anak didik jika sudah ternyata si anak berada di atas jalan yangsalah.

Dasar Pendidikan
Dalam buku karya Ki Hadjar Dewantara bagian Pertama (1977: 13-14) dijelaskantentang dasar pendidikan sebagai berikut. Pendidikan tidak memakai dasar ”regering,tucht en orde” tetapi ”orde en vrede” (tertib dan damai, tata-tentrem). Pendidik wajibmenjaga atas kelangsungan kehidupan bathin sang anak, dan haruslah anak dijauhkandari tiap-tiap paksaan. Namun demikian, pendidik juga tidak akan ”nguja”(membiarkan) anak-anak. Pendidik mempunyai kewajiban mengamati, agar anak dapatbertumbuh menurut kodrat. Tucht” (hukuman) itu dimaksudkan untuk mencegahkejahatan. Sebelum terjadi kesalahannya, aturan hukumannya sudah harus tersedia.Misalnya, barang siapa datang terlambat tentu akan dapat hukuman berdiri di mukakelas. Hukuman semacam itu, pertama adalah tiada setimpal dengan kesalahannya.Kedua, tiap-tiap aturan yang mendahului kenyataannya, itulah bertentangan dengansifatnya roch manusia, yang tiada dapat dimasukkan dalam peraturan. Tanda buktinyadalah untuk mengatur ketertiban pergaulan hidup, sudah ada macam-macam dan ribuanperaturan. Tetapi setiap hari orangpun masih selalu membuat aturan baru. Itulahtandanya setiap peraturan tiada akan bisa sempurna. ”Orde” (ketertiban) yangdimaksudkan dalam pendidikan barat jelaslah hanya paksaan dan hukuman. Dari sebabitu dasar pendidikan menjadi orde en vrede, tertib dan damai, inilah yang akan dapatmenentukan syarat-syarat sendiri, yang tiada akan bisa bersifat paksaan. Dan olehkarenanya, maka hukuman yang tiada setimpal dengan kesalahannya pun tidak akan
terdapat.

Kesemuanya itu merupakan syarat-syarat jika pendidikan hendak mendatangkanmanusia yang merdeka dalam arti kata yang sebenar-benarnya. Yaitu lahirnya tiadaterperintah, batinnya bisa memerintah sendiri dan .... dapat berdiri sendiri karenakekuatan sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan harus senantiasa diingat, bahwakemerdekaan iu bersifat tiga macam: berdiri sendiri (zelfstandig), tidak tergantungkepada orang lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri(vrijheid,zelfbeschikking) (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 4).

Maksud pendidikan
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapunmaksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anakanakitu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggauta masyarakat dapatlahmencapai keselamatan dan keahagiaan setingi-tingginya. Oleh karen itu, haruslah diingatbahwa pendidikan hanya suatu ”tuntunan” di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Iniberarti, bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan dan kehendakkaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidupjelas hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kekuatan kodrati yang ada padaanak-anak tidak lain adalah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir darianak-anak itu, yang ada karena kekuasaan kodrat. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaikilakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 20-21).

Peralatan pendidikan
Ki Hadjar Dewantara (1977: 29) menjelaskan yang dimaksud dengan perkataan”peralatan” itu sebenarnya alat-alat yang pokok, cara-caranya mendidik. Dengandemikian sebenarnya cara-cara itu teramat banyaklah jumlahnya. Akan tetapi dari sekianbanyak itu dapatlah dibagi dalam beberapa kategori, sebagai berikut: (a) memberi contoh(voorbeeld); (b) pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming); (c) pengajaran (leering,wulang-wuruk); (d) perintah, paksaan, dan hukuman (regeering en tucht); (e) laku(zelfbeheersching, zelfdiscipline); (f) pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngroso,beleving). Alat-alat itu tidak perlu dipilih atau dilakukan semuanya, bahkan ada yangtidak mufakat dengan salah satu dari yang termaktup tersebut. Seringkali seorangpendidik mementingkan sesuatu bagian dan pada umumnya memilih cara-cara itudihubungkan dengan jenis keadaan, khususnya kondisi usia anak.

Sistem Paguron.
Menurut Hariyadi (1992:266) perguruan, berasal dari bahasa Jawa Paguron,mempunyai arti tempat dimana guru tinggal, dapat juga berarti ajarannya itu sendiri.Dengan demikian suatu paguron selain sebagai sekolah juga sebagai tempat tinggal guru.Hal ini dimaksudkan agar kegiatan para guru dan murid tidak terbatas pada jam-jamresmi belajar, tapi kegiatan tersebut diadakan sesudah jam-jam resmi belajar. Dengandemikian suasana perguruan menjadi hidup dengan berbagai kegiatan oleh raga,kesenian, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut berada dibawah bimbingan danpengawasan para guru. Jam paguron Tamansiswa adalah jam kehidupan keluargasepanjang hari dan dikenal bahwa tugas tersebut selama 24 jam.

Perguruan sebagai tempat tinggal pamong bersama murid dan sekaligus sebagaitempat berguru (sekolah) dikenal dengan istilah “School worningtype” merupakanciptaan Ki Hajar Dewantara. Dalam perguruan semacam itu, hubungan kekeluargaanantara pamong dan siswa, antara siswa dan siswa sangat erat. Hubungan kekeluargaanini meresap pada sanubari baik pada siswa maupun pamong. Hal ini sangat berbedadengan sekolah sitem Barat, karena sesudah jam pelajaran selesai, maka sepilah suasanasekolah tersebut.

d. Pelaksanaan Sistem Among pada Konteks Sekarang
Tamansiwa lahir pada tanggal 3 Juli 1922, dengan terminologi asing“Nationale Onderwijs Tamansiswa” atau dikenal sebagai Perguruan NasionalTamansiswa. Berdirinya Tamansiswa sebenarnya merupakan kelahiran kembali Sistem Paguron yang telah digunakan dikalangan masyarakat Indonesia. Salah satu ciripenerapan siste among adalah dengan sistem paguron.

Konsep Ki Hajar Dewantara mengenai sitem paguron banyak keuntungandidapat melalui sistem tersebut. Terdapat sekolah yang masih melaksanakan sistempaguron tersebut dengan lengkap, namun pada umumnya dalam beberapa hal sudahtidak mungkin melaksanakan dengan lengkap. Sekolah yang masih melaksanakan sistempaguron dengan lengkap adalah Perguruan Taruna Nusantara di Magelang yangmerupakan prototipe Paguron Tamansiswa dalam skala nasional yang dikelola secaramodern dengan perlengkapan alat pendidikan yang canggih.

Perguruan Taruna Nusantara tersebut pada hakekatnya menggunakan prinsipprinsipdasar dari perguruan Tamansiswa yang dilaksanakan bekerjasama denganABRI. Sekolah menengah tersebut menggunakan sitem asrama sebagai sistempendidikannya, sehingga semua siswa tinggal bersama-sama satu kompleks dengan parapamong dan pengurus sekolah lainnya. Sumarno (1992) mengatakan SMA tersebutmenggunakan Tri Pusat Sistem, yaitu memadukan tiga lingkungan pendidikan, masingmasingadalah pendidikan sekolah, pendidikan keluarga (asrama). dan pendidikanmasyarakat (sekitar kompleks). Sekolah tersebut juga menggunakan Sistem Among atauSistem Tutwuri Handayani sebagai asas pengajaran, pengasuhan dan pelatihannya.Kurikulum yang digunakan sesuai dengan kurikulum yang ditentukan oleh Depdiknad,ditambah dengan kurikulum khusus yang ditentukan oleh Lembaga Perguruan Taruna Nusantara. Kurikulum khusus tersebut berwujud: sistem kehidupan di asrama,pendidikan kenusantaraan, dan pendidikan bela negara. Melalui kurikulum khusustersebut diharapkan lebih mempertebal semangat kebangsaan, wawasan kejuangan, dan wawasan kebudayaan.

Sistem pendidikan yang digunakan di Taruna Nusantara adalah Sistem Amongmaka para siswa Taruna Nusantara wajib tinggal di asrama, satu kompleks dengan parapamong perguruan, sehingga para tenaga kependidikan disebut Pamong. Berdasarkanfakta di Perguruan Taruna Nusantara tersebut maka pada dasarnya SMA Taruna Nusantara menerapkan Sistem Among dengan lengkap. Dan ternyata ajaran-ajaran KiHajar Dewantara dapat menjangkau kedepan, karena Sistem Paguron yang dikemukakandapat dipadukan dengan penerapan teknologi canggih.

Sebagai bahan pembanding mengenai pelaksanaan Sistem Among di sekolahTamansiwa yang lain, maka penelitian ini melaksanakan pengamatan mengenai prosesbelajar mengajar dan kehidupan di Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. Taman Dewasamerupakan pendidikan pada tingkat menengah pertama (SMP). Sekolah tersebut beradadibawah Perguruan Tamansiwa Cabang Jetis. Dari hasil pengamatan yang dilakukanoleh peneliti, sistem paguron yang berupa asrama bagi pamong sudah tidak ditemui lagi.
Menurut informan seorang alumni Taman Dewasa Jetis yang berhasil ditemui,pada tahun enampuluhan, di sekeliling kompleks tersebut (bagian belakang dan kirigedung sekolah), pada saat itu tinggal tiga pamong dan satu pamong administrasi besertadengan keluarganya, sehingga kompleks sekolah menjadi lebih hidup karena selalu adapamong yang bisa ditemui. Ketika hal itu ditanyakan oleh peneliti kepada kepalasekolah, dikatakan bahwa kondisi lahan sekarang tidak memungkinkan lagi. Dengan luastanah yang sama seperti pada tahun enampuluhan, jumlah siswa yang semakin banyak(lima klas 7, lima klas 8, dan lima klas 9), maka tanah yang dulu digunakan sebagaiperumahan pamong sekarang digunakan untuk membangun ruangan klas. Bahkanitupun belum cukup, sehingga beberapa kelas berada dilantai 3, dan rencana semuabangunan akan berlantai 3. Namun demikian, ketika peneliti mengamati kegiatan belajarmengajar didalam kelas, suasana kekeluargaan antara pamong dan siswa masihkelihatan dengan jelas. Proses pembelajaran berlangsung seperti halnya orang tua yang membimbing anaknya.

Di samping mengenai tempat tinggal, pada tahun enampuluhan para pamongsering berkunjung kerumah siswa (home visit) untuk mengakrabkan hubungan pamongdengan keluarga siswa. Ketika hal itu ditanyakan kepada salah satu pamong, kondisisekarang sudah berbeda. Kunjungan kerumah siswa dilaksanakan bila terdapatpermasalahan siswa yang perlu dipecahkan bersama dengan orang tua siswa. Hal ituantara lain disebabkan padatnya kurikulum yang harus diselesaikan oleh guru.
Dalam pelaksanaan PBM, pamong membuka pelajaran dengan mengucapkankata “ salam” yang disambut siswa-siswa dengan jawaban “ salam” juga. Selanjutnyapamong meminta siwanya untuk merapikan baju masing-masing, menyiapkan bukubukuyang akan digunakan, dan selanjutnya memberikan materi pelajaran dan evaluasi.Untuk menutup belajar mengajar, pamong mengucapkan kata “ salam” lagi dan dijawaboleh siswa dengan “ salam”
.Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada beberapa informan adalahada beberapa hal dalam sistem Among yang sudah tidak dilaksanakan lagi di TamanDewasa Jetis, yaitu mengenai rumah untuk pamong, dan kunjungan rumah yang lebihterfokus pada siswa yang mengalami masalah yang harus diselesaikan bersama orangtua. Untuk proses pembelajaran masih terlihat dengan jelas suasana penerapan SistemAmong. Untuk kurikulum muatan lokal sangat terlihat ajaran-ajaran Ki HajarDewantara, yaitu dengan dilaksanakannya muatan lokal Bahasa Jawa dan karawitanyang merupakan bagian dari kebudayaan lokal.
Beberapa hal yang seharusnya dilaksanakan seperti sistem Paguron sudah tidakdapat dilaksanakan karena beberapa keterbatasan. Hal tersebut tidak menyalahi ajaran KiHajar Dewantara, karena beliau pernah mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikandisesuaikan dengan jaman, namun demikian harus mengingat pedoman yang sudahdigariskan yantu Sifat, Bentuk, Isi, dan Irama (SBII). Sifat harus tetap, yang bolehberubah adalah Bentuk Isi dan Iramanya sesuai dengan kemajuan alam dan jamannya.Dengan mengikuti pedoman SBII tersebut, Sistem Among mengandung dinamika yangtinggi, prospektif, menjangkau masa depan, tanpa harus meninggalkan ciri-ciri khas Tamansiswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sebagai suatu model konseptual, sistem among karya Ki Hadjar Dewantara yangterdapat dalam berbagai dokumen, merupakan suatu sistem pendidikan danpembelajaran yang lengkap dan komprehensif, baik teknis maupun filosofis.
2. Pada dasarnya sistem among dapat diterapkan dalam situasi saat ini. Hal initerbukti dari proses belajar mengajar dan kehidupan di SMA Taruna Nusantarayang mengadopsi konsep sistem among, dan ternyata dapat terarah dan berhasil.Memang, ada beberapa dari sistem among sudah tidak dilaksanakan lagi diperguruan Taman Siswa, khususnya Taman Dewasa Jetis, yaitu mengenai rumahuntuk pamong, dan kunjungan rumah. Namun,untuk proses pembelajaran masihterlihat dengan jelas suasana penerapan Sistem Among, terlebih untuk pelaksanaan kurikulum muatan lokal sangat terlihat ajaran-ajaran Ki HajarDewantara.
3. Sebagai suatu konsep pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan danpembelajaran pada umumnya sudah selayaknya sistem among karya Ki HadjarDewantara perlu dipertimbangan untuk dapat dikaji lebih jauh sehingga dapatditerapkan secara proporsional sehingga bukan hanya ada dalam dokumentasisemata.
4. Bagi para guru pada khususnya dan pendidik pada umumnya, sistem amongbeserta segala perangkatnya patut untuk diperhatikan dan dipertimbangkansebagai suatu metode yang dapat dimanfaatkan/diterapkan untuk memperbaikimutu pembelajaran dan pendidikan pada umumnya
5. Mengingat keterbatasan penelitian ini maka peneliti selanjutnya dapatmemperdalam penelitian pada setiap aspek dari sistem among ini lebih lanjut. Disamping itu untuk meningkatkan validitas keterlaksanaan sistem among ini dapatdilakukan dengan mencari berbagai hubungan dengan variabel lain untukmenentukan tingkat keberhasilan sistem among; atau menambah obyek sekolahuntuk melihat pelaksanaan waktu sekarang sehingga lebih komprehensif.
Daftar Pustaka
Gess-Newsome, J, Southerland, SA, Johnston, A, dan Woodbur, S. (2003). Educational
reform, personal practical theories, and dissatisfaction: The anatomy changein college science teaching. American Educatioal Research Journal.. pp. 761-767.JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 39, Nomor 2, November 2009.140
Hariyadi, Ki. (1992). Sistem paguron Tamansiswa, dalam pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia, Peringatan 70 tahun Tamansiswa,Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Dewantara. Ki Hadjar. (1977). Karya Ki Hadjar Dewantara bagian pertama:pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.Iswanti, Sri. (2007). Peningkatan sikap dan kepribadian calon guru melalui sistempendidikan guru berarama. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FIP UNY.
Soemarno, Ki. (1992) Perguruan Taman Taruna Nusantara, dalam pendidikan danpengembangan sumber daya manusia, Peringatan 70 tahun Tamansiswa,Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Supriyanto, A. (2008). Sistem among sebagai “Niche” pendidikan. Kompas.2 April
2008. halaman. 12.
Suratman, Ki. (1992). Dasar-dasar konsepsi ajaran Ki Hajar Dewantara, dalamPendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Peringatan 70 tahunTamansiswa, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Tafsir, A. (2007). Pendidikan tambal sulam. Pikiran Rakyat. 11 Desember 2007.
halaman. 8.
Tauchid, Mochammad. (1972). Cita-cita dan ilmu hidup Taman Siswa. DalamPeringatan 50 tahun Taman Siswa. Yogyakarta: Majelis Luhur PersatuanTamansiswa

2 komentar:

  1. artikel menarik sob.. seharusnya kita memang harus belajar sistem pendidikan dari Ki Hajar Dewantara

    BalasHapus